Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyimpan segudang destinasi wisata yang cukup indah. Mulai dari wisata alam seperti Gunung Rinjani atau wisata air seperti Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Tapi tak hanya wisata alam, kearifan lokal dan kebudayaan masyarakat NTB yang menunjukkan peradabannya, juga masih terjaga dekati hari ini.
Salah satunya adalah Bale Lumbung yang berasal dari suku Sasak. Meski disebut sebagai rumah adat, sejatinya keberkecukupanan Bale Lumbung bukan dijadikan sebagai t4 tinggal. Sesuai namanya, Bale Lumbung memiliki fungsi utama untuk menyimpan lumbung pangan hasil pertanian masyarakat setelah panen raya. Rumah Lumbung Unik sendiri memiliki desain bangunan yang cukup unik, karena berbentuk anggug ialah bagian atapnya melebar dan sedikit meruncing di bagian paling atas. Sementara di bagian bawahnya berbentuk panggung, yang bertujuan untuk menghindari serangan hama dan tidak mudah rusak ketika ada banjir.
Adapun jarak antara atap dengan tanah merupakan 1,5 hingga 2 meter dengan lebar maksimal 3 meter saja. Secara material Bale Lumbung dibuat dengan bahan alami. Untuk pondasi bangunan, misalnya, menggunakan kayu-kayu keras yang berasal dari hutan. Sementara atapnya menggunakan jerami yang ditumpuk dan diikat sedemikian rupa untuk menahan panas matahari dan hujan. Bagian dinding, masyarakat memilih untuk menggunakan anyaman bambu yang disusun dengan rapi.
Meskipun sederhana, Bale Lumbung dinilai efektif untuk menjaga bahan makanan masyarakat. Lain lagi dengan rumah adat Dalam Loka. Rumah ini didesain langsung oleh Raja Sumbawa Sultan Muhammad Salaluddin III pada masa lalu. Mengingat Sumbawa dan NTB sangat erat kaitannya dengan muslim, desain bangunan rumah adat Dalam Loka pun kental dengan syariat muslim. Rumah adat Dalam Loka berbentuk rumah panggung seperti rumah kayu bongkar pasang dari sumsel. Istana Dalam Loka dibangun dengan bahan kayu memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah”, yang berarti semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan tau Samawa (masyarakat Sumbawa) harus bersemangatkan pada syariat.
Dalam Loka sendiri memiliki makna istana dunia, selaras bahwa di masa lampau memang diperuntukan untuk tempat tinggal raja dan pusat pemerintahan. Jika dilihat lebih lanjut Dalam Loka ditopang oleh 99 tiang dari kayu jati yang menggambarkan asmaul husna dalam muslim. Tiang-tiang berukuran cukup besar dan didesain kuat menahan bobot rumah.
Penopang itu disebut dengan bala rea atau graha besar yang memiliki sebagian ruangan. Ruang dalam di bagian timur memiliki empat kamar yang dikenakan untuk anak-anak raja yang telah menikah. sesudah itu ada ruang dalam di bagian barat dan utara yang dikenakan untuk ibadah dan tempat tidur untuk dayang dan rani. Untuk memisahkan ruangan itu dikenakan sekat berwujud kelambu.
Ada juga Lunyuk kakang yang dikhususkan untuk tempat staff ketika dilangsungkan ritual adat. Lunyuk Agung di bagian depan untuk perbincangan, auditorium pertemuan, dan perjamuan. Di bagian balik ada ruang siding dikenakan untuk untuk tempat tidur dayang. Sementara itu kamar mandi berada di luar rumah sari. Terakhir ada Bala Bulo di depan untuk tempat bermain anak raja. Di luar istana dipergunakan untuk menaruh lonceng, gapura, rumah jama, dan kebun.
Dengan segala keunikannya bagi para wisatawan yang datang ke Lombok pada saat pagelaran balap motor dunia MotoGP tidak ada salahnya untuk meluangkan waktunya untuk berkunjung ke Bale Lumbung dan Dalam Loka.