KONFLIK THAILAND DAN KAMBOJA

Konflik Thailand dan Kamboja: Sengketa Perbatasan yang Berlarut

Konflik antara Thailand dan Kamboja telah menjadi salah satu isu geopolitik paling menonjol di kawasan Asia Tenggara. Meskipun kedua negara ini memiliki sejarah panjang hubungan budaya dan ekonomi, namun sengketa perbatasan, khususnya di sekitar Candi Preah Vihear, telah menyebabkan ketegangan militer dan diplomatik yang berkepanjangan. kegiatan

Latar Belakang Konflik

Akar dari konflik ini bermula pada abad ke-20, tepatnya ketika Candi Preah Vihear, sebuah situs keagamaan kuno peninggalan Kerajaan Khmer, menjadi titik pertikaian antara kedua negara. Meskipun pada tahun 1962 Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Candi Preah Vihear berada di wilayah Kamboja, ketegangan tetap muncul karena ketidaksepakatan mengenai wilayah di sekitar candi tersebut, termasuk area seluas 4,6 km² yang diklaim oleh kedua belah pihak.

Keputusan ICJ tidak menyelesaikan konflik secara menyeluruh. Thailand menghormati keputusan tersebut, tetapi masih mempertahankan klaim atas area di sekitar candi, yang dianggap sebagai bagian dari wilayahnya berdasarkan peta yang berbeda.

Memanasnya Ketegangan Militer

Konflik ini kembali memanas pada awal 2008, setelah UNESCO menyetujui permohonan Kamboja untuk mendaftarkan Candi Preah Vihear sebagai situs warisan dunia. Langkah ini ditentang keras oleh Thailand karena dianggap memperkuat klaim wilayah Kamboja. Ketegangan meningkat dan menyebabkan serangkaian baku tembak antara militer kedua negara di sekitar zona perbatasan.

Puncak ketegangan terjadi pada tahun 2011, di mana bentrokan bersenjata menewaskan sejumlah tentara dari kedua pihak dan memaksa ribuan warga sipil mengungsi. Serangan artileri, ranjau darat, dan pertempuran langsung menjadi pemandangan umum selama masa tersebut.

Upaya Diplomasi dan Hukum Internasional

Melihat meningkatnya eskalasi, masyarakat internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ASEAN, turun tangan. Pada tahun 2011, Kamboja mengajukan permintaan kepada Mahkamah Internasional untuk interpretasi ulang putusan tahun 1962. Setahun kemudian, ICJ menegaskan bahwa wilayah di sekitar Candi Preah Vihear merupakan bagian dari kedaulatan Kamboja dan Thailand wajib menarik pasukannya dari daerah tersebut.

Putusan tersebut membuka jalan untuk meredakan ketegangan. Kedua negara akhirnya menyepakati pengunduran pasukan dan mulai melakukan patroli gabungan serta kerja sama perbatasan dalam kerangka ASEAN. Meskipun belum sepenuhnya bebas dari ketegangan, situasi di lapangan kini relatif lebih stabil dibandingkan sebelumnya.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Konflik ini bukan hanya berdampak pada hubungan diplomatik kedua negara, tetapi juga terhadap kehidupan warga perbatasan. Selama masa konflik, banyak warga kehilangan mata pencaharian, akses pendidikan terganggu, dan ketakutan akan perang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Aktivitas pariwisata di sekitar Candi Preah Vihear juga mengalami penurunan drastis.

Di sisi lain, konflik ini menjadi pelajaran penting bagi kawasan ASEAN akan perlunya mekanisme penyelesaian sengketa yang lebih efektif dan preventif, termasuk penguatan diplomasi dan mediasi.

Kesimpulan

Konflik Thailand dan Kamboja merupakan contoh nyata bagaimana sengketa perbatasan yang tidak terselesaikan dapat memicu ketegangan jangka panjang. Meskipun kini telah mereda, penting bagi kedua negara untuk terus menjaga dialog dan kerja sama agar perdamaian dan stabilitas di kawasan tetap terjaga. Keberhasilan penyelesaian konflik ini juga dapat menjadi model penyelesaian damai bagi sengketa lainnya di Asia Tenggara. desa