Di era digital, makanan bukan hanya untuk disantap, tetapi juga untuk dibagikan. Pasta, dengan bentuknya yang estetik dan fleksibel dalam penyajian, telah menjadi salah satu bintang utama dalam konten makanan di media sosial. Dari tren visual hingga resep viral, pasta membuktikan dirinya bukan sekadar makanan klasik, tetapi juga media ekspresi dan gaya hidup digital masa kini. Artikel ini akan mengulas bagaimana tren pasta berkembang melalui platform digital dan pengaruhnya dalam dunia kuliner modern.
Pasta dan Estetika Visual
Pasta memiliki daya tarik visual tinggi. Bentuk-bentuk unik seperti farfalle (kupukupu), conchiglie (kerang), dan rotini (spiral) tampak indah ketika disajikan di piring, apalagi ditambahkan warna-warna cerah dari saus dan topping. Hal ini menjadikan pasta sangat cocok untuk difoto atau dibuatkan video singkat.
Tren seperti "aesthetic plating" atau #foodporn di Instagram dan TikTok sering kali menampilkan pasta sebagai objek utama. Beberapa konten bahkan menunjukkan pasta berwarna pelangi, pasta dengan keju leleh dramatis, hingga pasta yang dihias bunga-bunga edible – semua dirancang untuk menarik perhatian visual.
Resep Pasta Viral yang Mengguncang Internet
Beberapa resep pasta menjadi viral dan langsung diikuti jutaan orang di seluruh dunia. Contoh paling terkenal:
-
Baked Feta Pasta
Viral pertama kali di TikTok, resep ini menggunakan keju feta panggang, tomat cherry, dan pasta. Simpel, lezat, dan fotogenik. -
Gochujang Cream Pasta
Pasta ala Korea ini menggabungkan saus pedas manis gochujang dengan krim, menciptakan perpaduan unik yang disukai generasi muda. -
Green Goddess Pasta
Pasta dengan saus hijau dari bayam, basil, alpukat, dan lemon ini jadi favorit para vegan dan food blogger yang mementingkan warna sehat dan menarik.
Fenomena ini membuktikan bahwa tren makanan bisa lahir dan menyebar begitu cepat, berkat kekuatan media sosial.
Influencer dan Chef Digital
Era digital juga melahirkan banyak chef rumahan dan food influencer yang menjadikan pasta sebagai andalan konten mereka. Mereka tidak hanya memasak, tetapi juga mengedukasi audiens tentang asal-usul pasta, teknik memasak yang tepat, atau memberikan twist kreatif pada resep tradisional.
Beberapa bahkan membuat “pasta challenge” seperti membuat pasta dari nol, mewarnai pasta dengan bahan alami, atau menyajikan pasta 5 warna dalam satu piring.
Berkat para kreator ini, pasta tidak hanya populer di dapur, tapi juga di jagat maya.
Pasta Sebagai Identitas Gaya Hidup
Kini, pasta tidak lagi hanya dikaitkan dengan makanan khas Italia, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup. Generasi muda menggunakan pasta untuk menunjukkan nilai-nilai yang mereka anut:
-
Gaya hidup sehat: dengan menggunakan pasta gandum utuh, bebas gluten, atau nabati.
-
Gaya hidup kreatif: dengan bereksperimen pada warna, bentuk, dan penyajian.
-
Gaya hidup berbagi: dengan membuat konten memasak, tutorial, dan cerita di balik resep keluarga.
Semua ini menjadikan pasta sebagai simbol ekspresi diri dan kreativitas.
Dampak Ekonomi dan Inovasi
Popularitas pasta di media sosial juga mendorong produsen makanan dan restoran untuk berinovasi. Muncul produk baru seperti:
-
Pasta berbentuk emoji, hewan, atau karakter kartun
-
Pasta instan sehat dengan saus yang bisa langsung dipanaskan
-
“Pasta kit” untuk anak muda sibuk, lengkap dengan semua bahan siap olah
Restoran pun memanfaatkan tren ini dengan membuat menu khusus “Instagrammable” yang memang dirancang untuk difoto dan diunggah.
Kesimpulan
Pasta telah bertransformasi dari makanan tradisional menjadi ikon digital. Di media sosial, ia menjadi inspirasi, hiburan, dan alat komunikasi. Kemampuannya beradaptasi dengan selera visual dan kebutuhan cepat era modern menjadikannya salah satu makanan paling relevan di tengah dunia yang terus terhubung. Jika dulu pasta dinikmati secara pribadi, kini ia juga disantap secara kolektif – lewat layar, komentar, dan like di seluruh dunia.